Kamis, 04 Februari 2010
manfaat doa
By: agussyafii
Satu hari ada seorang teman bertanya bagaimana mungkin doa bisa menyembuhkan sakit seseorang? saya katakan padanya jaringan syaraf menunjukkan bahwa doa mengaktifkan sistem limbik otak yang mengatur kesadaran seseorang akan diri, waktu dan lingkungan. Metabolisme tubuh secara menyeluruh juga bergerak menuju keseimbangan sekaligus mewujudkan kesembuhan.
Menggali sumber-sumber psikoterapi dalam doa dapat dilihat dalam formula yang dibaca dalam doa dapat mendatangkan ketenangan jiwa, ketenangan jiwa inilah yang menyembuhkan dari penyakit. Hal ini disebabkan orang yang memanjatkan doa yakin Allah SWT mengabulkan permintaannya.
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS. Al- Baqarah:186).
Dalam Kitab Al-Hakim, Ibnul Qayyim al-Jauziyah diriwayatkan hadist dari Ibnu Umar RA bahwa Nabi Muhamad SAW bersabda,
'Doa itu bermanfaat bagi musibah yang telah turun dan yang belum turun. Oleh karena itu wahai hamba Allah, kalian harus berdoa.' (HR. Bukhari & Muslim).
Diriwayatkan Aisyah RA, bahwa Nabi Muhamad SAW bersabda,
'Kewaspadaanmu tidak ada gunanya dalam menghadapi takdir. Berdoalah yang berguna untuk mengantisipasi musibah yang turun maupun yang belum turun. Sesungguhnya musibah ketika turun dihadapi oleh doa dan keduanya bertarung hingga hari kiamat.' (HR. Bukhari & Muslim).
Hubungan doa dengan musibah yang menimpa manusia dikategorikan menjadi tiga yaitu:
1. Doa lebih kuat maka musibah dapat ditolak.
2. Doa lebih lemah dari musibah, walaupun doa lebih lemah meringankan perasaan dan membentuk ketenangan jiwa.
3. Doa dan musibah sama-sama kuat, keduanya saling menolak.
doa yang diterima adalah doa dengan sungguh-sungguh dan memenuhi syarat dan adab maupun etika. Diriwayatkan Aisyah RA, Nabi Muhamad SAW bersabda,
'sesungguhnya Allah menyukai orang yang bersungguh-sungguh dalam doa.'
Dari kriteria itu nampak proses psikologis yang terdapat dalam doa adalah hubungan yang kuat antara hamba dengan Sang Khaliq, proses ini dapat tercapai kalau ada kejernihan hati dan pikiran dalam doa kepada Allah SWT sehingga merangsang syaraf-syaraf parasimpatis dan menimbulkan ketenangan hati bagi yang berdoa. Semakin tinggi dan berkualitas doa yang dipanjatkan beserta terpenuhinya syarat-syarat doa maka semakin mustajab doanya.
Sementara doa yang gagal sifatnya tergesa-gesa dalam menanti terkabulnya doa. Ia merasa ijabahnya terlalu lambat datangnya hingga merasa cemas. Akhirnya ia meninggalkan doa sama sekali.
Diriwayatkan Abu Hurairah Nabi SAW bersabda, 'Akan dikabulkan doa bagi seseorang diantara kalian selama tidak tergesa-gesa. Apalagi mengatakan, 'aku telah berdoa namun belum juga dikabulkan (HR Bukhari).
Dalam pandangan Ibnul Qayyim al-Jauziyah Ada beberapa hal yang menyebabkan doa itu dikabulkan yaitu,
1. Keadaan sangat genting, terdesak, atau darurat.
2. Didahului dengan perbuatan baik pada sesama seperti bershodaqoh, membantu anak yatim, dan juga orang yang membutuhkan pertolongan.
3. Dilakukan pada saat yang tepat (waktu-waktu yang diijabah).
4. Berserah diri secara totalitas hanya kepada Allah SWT semata.
'Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa, apabila berdoa kepadaKu' (QS Al-Baqarah, 186).
Dengan demikian maka doa sangat bermanfaat dalam proses penyembuhan bagi orang-orang yang sedang sakit. Dengan berdoa berserah diri kepada Allah SWT dan senantiasa bersyukur atas semua karuniaNya proses penyembuhan, Insya Allah bisa terjadi lebih cepat. Wallahu a'lam Bissawab.
Wassalam,
agussyafii
Rabu, 03 Februari 2010
husnudzon kepada Allah
Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Jika saja anda tidak mampu berbaik sangka (husnudzon) kepada Allah melalui kemahaindahan sifat-sifatNya, maka berbaiksangkalah kepada Allah karena adanya anugerah mu’amalah Allah yang menyertai anda. Bukankah Allah telah mengembalikan diri anda, melainkan pada kebajikan? Dan bukankah Allah telah melimpahkan kepada anda , melalui pintu anugerahNya?
Husnudzon atau berbaik sangka kepada Allah, merupakan salah satu dasar utama kita membangun hubungan dengan Allah Ta’ala. Banyak hamba-hamba Allah yang menggugat Allah atas taqdir yang diterima dengan rasa pahit, lalu ia menggedor-gedor langitNya, agar dibuka pintu anugerah yang sesuai dengan selera si hamba ini.
Tetapi Ibnu Athaillah as-Sakandaru begitu jeli memandang soal Husnudzon kepada Allah ini, karena banyak orang yang mengalami kesulitan-kesulitan psikhologis ketika harus berbaik sangka kepada Allah terutama jika si hamba Allah ini tertimba takdir yang dirasakan tidak sesuai dengan keinginannya.
Di sinilah kita harus belajar Husnudzon kepada Allah melalui sifat kemaaindahannya atas semua yang telah dilimpahkan kepada kita. Ketika seseorang terhalang untuk meraih apa yang diinginkannya, lalu terganjal di sana, ia protes kepada Allah. Protes ini muncul semata karena si hamba tidak bisa melihat hikmah dan keindahan Sifat Allah yang menyertai kegagalan itu. Padahal kegagalan itu adalah pemberian yang luar biasa, jika kita bisa memahaminya.
Namun untuk memahaminya juga tidak mudah. Oleh sebab itu, si hamba diarahkan, jika gagal memahami kemahaindahan sifat Allah, minimal ia harus memahami melalui husnudzonnya kepada Allah atas anugerah yang selama ini dilimpahkan kepada hamba melalui amaliyah ibadahnya. Bahwa seorang hamba bisa beribadah, bisa berbuat baik, itu semua tidak lepas dari anugerah Allah. Tanpa anugerahNya, kita tidak bisa bekerjasama dengan Allah Ta’ala.
Bahkan Ibnu Athaillah menegaskan, bahwa semua yang terjadi ini, senantiasa kembali demi kebajikan kita semua. , dan segala yang berinteraksi dengan seluruh kehidupan kita sesungguhnya adalah anugerah Ilahi semata.
Kalau kita renungkan sejenak: Kita ini ada di dunia ini karena Dia, dan karena kebaikan dan anugerahNya pula. Kita diwujudkan dari situasi dan kondisi tidak ada, lalu menjadi ada. Kemudian allah masih terus melimpahkan kita dengan kemuliaan, kenikmatan, dan kita dijadikan sebagai hamba beriman. Bahkan harus kita syukuri kita dijadikan sebagai manusia. Coba, seandainya kita ditakdirkn jadi binatang atau batu.
Kategori manusia berhusnudzon kepada Allah itu ada tiga:
Pertama, Husnudzon kepada Allah karena keagungan dan keindahan SifatNya.
Kedua, Husnudzon kepada Allah karena IhsanNya, atau kebajikanNya.Ketigam, Husnudzon kepada Allah karena dua-duanya.
Dan perilaku jiwa demikian ini, lebih sempurna dari kedua hal di atas.
Karena itu Rabiah Adawiyah sampai bersyair:
Cintaku kepadaMu terbagi dua
Cinta Asmara, dan Cinta karena Engkau layak Dicinta
Cinta Asmaraku padaMu, adalah kesibukanku mengingtatMu
Dan mengabaikan hatiku dari selain DiriMu.
Sedang Cinta yang Engkau layak Dicinta
Adalah tersingkapnya tiraiMu untukku
Hingga aku terus memandangmu
Lalu tak ada puja di sana
Tak ada pula di sini bagiku
Tetapi hanya kepadaMu
Puja itu
Di sana
Dan disini.
Indah nian kata Rabiah. Semua itu karena Husnudzonnya kepada KekasihNya. Sebab apa saja yang dipandang dari kehidupan ini, tidak lain adah rasa CintaNya, Anugerah Kasih SayangNya kepadanya. Apa saja, dan dimana saja
-----
Kepada seorang ikhwan yang telah berbaik hati mengirimkan artikel ini, Jazakallah khoir ya Akh. Sing sabar ya, diri ini memang seperti ini, jauh dari kesempurnaan, terkadang sekuat baja, namun terkadang lemah layaknya benang basah, dan disinilah peran Akhi untuk menjadi teman, penyemangat untuk bersama-sama mencapai ridlo-Nya.amin
Assalamu'alaykum warahmatullahi wabarakatuh
Ika Nursila Dewi
[Bismillah, Mudahkanlah Ya Alloh.....]
Posted by Bunda Aysar at 4/07/2005 05:38:00 PM
Category: Hikmah